Sabtu, 02 November 2013

Konsumen Lebih Peduli Keamanan Bertransaksi Online Dibanding Harga



Menurut sebuah survei, para online shopper lebih mengutamakan keamanan ketika melakukan pembelian secara online. Sekitar 77% dari responden menyebutkan bahwa keamanan menjadi prioritas utama. Pilihan kedua baru mengenai harga, ada sekitar 63% responden. Hasil ini ada dalam riset  Rakuten Smart Shopping Survey yang pertama.

Penelitian in melibatkan lebih dari 2.000 konsumen online di Indonesia, Taiwan, Thailand dan Malaysia. Komposisinya responden dari Indonesia 508 orang, Malaysia 490 orang, Taiwan 506 orang, dan Thailand 504 orang.   Fakta lain yang terungkap adalah orang Indonesia melakukan pembelian online dibanding Thailand dan Malaysia, namun masih di bawah Taiwan.
Terungkap juga bahwa kurang dari 25% orang di negara-negara tersebut mengklaim pernah berbelanja tanpa penyesalan. Namun, bila dilihat dari setiap negara, konsumen di Taiwan (86%) dan Indonesia (84%) adalah yang paling tidak puas dengan pengalaman berbelanja online mereka. Penyebab tertingginya adalah produk yang diterima berbeda, alasan ini diungkap oleh 46% responden Disusul oleh kekecewaan karena kualitas produk (30%).

“Belanja lebih dari sekedar  kenyamanan, tapi juga hiburan dan pengalaman menemukan barang yang diinginkan. Konsumen menginginkan pengalaman yang lebih menyenangkan dan informatif, tapi mereka malah mendapatkan pengalaman transaksi bergaya mesin penjualan otomatis, inilah yang membuat mereka tidak merasa puas,” kata Yasunobu Hashimoto, Direktur Rakuten Belanja Online.

Di semua negara yang disurvei, lebih dari tiga perempat (78%)  responden mengatakan  bahwa mereka pernah mengalami ketidakpuasan dengan pembelian online yang pernah mereka lakukan  dalam waktu 12 bulan terakhir dan angka ini mencapai 84% di Indonesia. 49% dari responden merasa tidak puas karena produk yang mereka dapatkan  berbeda dengan yang mereka harapkan. Namun penelitian ini juga mendapati bahwa lebih dari sepertiga konsumen tidak pernah atau jarang berinteraksi dengan merchant selama proses belanja online.
 
“Konsumen menginginkan marketplace yang nyaman yang bisa membantu mereka menemukan produk yang mereka cari dengan harga yang sesuai, dan memberikan pengalaman belanja yang menyenangkan.  Rakuten Belanja Online (RBO) sudah lama menerapkan model pasar online yang menghibur, tempat pebelanja bisa membantu menemukan produk yang dicari dan membangun hubungan pribadi dengan merchant,” imbuh Yasunobu

Senin, 28 Oktober 2013

Chatib Basri: Pemerintahan AS Tutup, Market Kita Relatif Aman

detik.com

http://images.detik.com/content/2013/10/02/4/chatibbasri2.jpg  
Jakarta - Tutupnya pemerintahan (government shutdown) Amerika Serikat (AS) tak membuat khawatir Menteri Keuangan (Menkeu) Chatib Basri. Terutama setelah melihat perkembangan dua hari terakhir di Indonesia pasca pemerintahan AS tutup.

Chatib Basri mengatakan walaupun saat ini pemerintahan AS tutup ternyata market Indonesia relatif aman. "Saya mau bilang, walaupun ada isu mengenai government shutdown di Amerika, market kita relatif aman," kata Chatib ditemui disela rapat dengan Badan Anggaran DRP, Rabu (2/10/2013).

Chatib menambahkan relatif stabilnya market Indonesia karena kondisi Indonesia saat ini yang neraca perdagangannya sedang surplus dan terjadi deflasi.

"Satu karena berita yang kita hasilkan kemarin surplus dan deflasi -0,35% kemarin membawa pengaruh yang baik, kedua saya percaya Amerika akan mencari solusi yang terbaik, negara sebesar itu tidak akan membiarkan dirinya kolaps karena hanya soal itu," ujarnya.

Selain itu, Chatib lebih senang IHSG tidak mengalami kenaikan yang cukup signifikan.

"Saya justru mengharapkan IHSG jangan naik terlalu tinggi, karena kalau naiknya banyak nanti relatif dia akan jatuh lebih dalam lagi, lebih baik dia tetap, apalagi rupiah kita dalam dua hari sudah menguat, yield obligasinya juga sudah stabil," kata Chatib.


IMA

IMA atau Indonesia Marketing Association merupakan sebuah organisasi profesi khususnya yang berhubungan dengan bidang pemasaran (marketing) di Indonesia yang di dalamnya berisikan orang-orang dari berbagai macam aspek suku, ras, agama, dan sebagainya. IMA resmi didirikan pada tanggal 20 Mei 1996 di Jakarta, yang terinspirasi oleh berdirinya Asosiasi Pemasaran Dunia (WMA).

IMA secara berkala mengadakan beberapa kegiatan rutin, diantaranya:
  1. Mengadakan pertemuan anggota.
  2. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan pemasaran.
  3. Menerbitkan informasi pemasaran.
  4. Menjalin jaringan dengan para pemasar diseluruh dunia.
  5. Menyelenggarakan kegiatan pemasaran lain yang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar Indonesia Marketing Association. (dikutip dari situs resmi www.ima.or.id)
Konsep utama dalam pembekalan kader, anggota maupun pengurus IMA adalah bahwa pemasaran bukan hanya tentang menjual, tetapi juga menjalin hubungan dengan kompetitor, konsumen maupun change agent seiring dengan tuntutan pasar yang tidak lagi bundar, tetapi datar. Maka dari itu, IMA diharapkan bisa menjadi wadah bagi mereka yang ingin memperluas jaringan koneksinya, khususnya dengan pemasar-pemasar lainnya.